Friday, May 18, 2012

FF Inspirasi-Ku : Gelap Nan Indah


Hembusan angin lembut mengelus wajahku. Sejuk terasa menembus pori-pori kulit ini. Matahari memang belum pada puncak keangkuhannya, tapi hangat sinarnya telah mengeringkan embun pagi. Aku terduduk di sudut taman perumahan. Di atas sebuah bangku yang terbuat dari besi bercat coklat. Kusandarkan tubuh ini.

Pandanganku tertuju pada sebuah gunung yang ada di depan sana. Gunung yang terlihat begitu dekat. Terlihat sangat kuat. Berdiri dengan kokoh. Tinggi, menjulang setinggi angkasa. Andai aku bisa sekuat gunung.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku duduk di sini. Langit telah nampak begitu biru. Sangat berbeda ketika aku baru duduk di bangku ini. Saat itu langit masih kelam. Taman ini tampak tak ada kehidupan. Sunyi. Tapi kini, semua berubah. Ketika mentari muncul, semua baru terlihat indah dan terang. Hanya satu yang tak bisa dibuatnya terang, hatiku.

Pagi tadi, ketika matahari masih dalam peraduaanya, aku sudah melarikan tubuh ini ke dalam dinginnya udara pagi. Tanpa tahu ke mana arah tujuan aku berlari. Yang aku pikirkan, aku hanya ingin keluar dari rumah itu. Aku sudah muak dengan semua keributan yang ada. Akhirnya, aku terhenti di sini.

Kicau burung-burung memaksaku untuk mengalihkan pandangan. Aku tengadahkan sedikit kepala ini. Kedua bola mataku mencari asal suara itu. Dua ekor burung gereja yang asyik bermain di ranting pohon tertangkap oleh penglihatanku. Sesaat kemudian mereka mengepakkan sayap. Terbang tinggi ke angkasa.

Mataku mencoba menerawang jauh ke atas menerobos awan-awan putih yang bergelayut dan menyusup dalam langit hingga keluar ke angkasa. Angkasa ruang hampa udara yang gelap sama seperti diriku. Tempat yang mungkin cocok untukku.

“Asa”. Suara lembut seorang laki-laki menerobos masuk ke dalam telingaku. Suara itu terproses dengan baik oleh otakku membuatku kembali. Aku menoleh ke arah suara itu. Suara yang dimiliki seorang laki-laki seusiaku. Raka. Ia tersenyum ketika aku menoleh ke arahnya. Tetapi senyum itu mendadak lenyap.

“Kamu kenapa? Ngapain kamu di sini?” tanya Raka heran, lebih tepatnya cemas. Raka duduk di sampingku. Aku tak menjawab. “Ada masalah lagi?” tanyanya kembali.

Mulutku masih terkunci. Butiran air mulai mengalir turun perlahan dari mataku. Raka mengerutkan keningnya. Ia masih menatapku cemas. Ia membelai rambut panjangku yang belum sempat aku sisir.

“Raka, apakah aku akan benar-benar gelap seperti namaku?” tanyaku pada Raka. Raka terlihat bingung dengan pertanyaanku. Aku mencoba menjelaskannya dengan mengangkat tangan kananku ke atas dan menunjuk jauh ke atas sana. Raka mengikuti arah gerakan tanganku. “Langit? Kenapa?” tanyanya. “Bukan langit, tapi yang ada di luarnya. Apa hidupku akan segelap itu. Segelap angkasa. Seperti namaku, Angkasa?”

Raka kembali menatapku. Ia menggenggam tanganku. “Asa, di luar sana memang gelap. Tetapi kegelapan itu menjadi indah dengan warna-warni bintang. Aku tahu, saat ini kamu merasa seperti angkasa yang gelap, tetapi suatu saat akan datang waktunya kamu menjadi indah dan terang” jawab Raka menghiburku.

Raka menghapus air mataku dengan kedua tangannya perlahan.

“Sekarang, kamu harus kuat. Tetap semangat. Semua masalah pasti akan ada jalan keluarnya.” lanjutnya. “Ayo pulang.” ajak Raka.

Aku tersenyum. Raka, dia bisa membuatku kembali. Kau benar, Raka. Angkasa memang gelap, tapi kegelapan itu menjadi indah dengan adanya bintang-bintang.


--- 

http://pustakainspirasiku.blogspot.com/2012/05/lomba-ff-mingguan-pustaka-inspirasi-ku.html


Sunday, May 6, 2012

Kesatuan Sila Sila Pancasila


KESATUAN SILA-SILA PANCASILA

Pancasila terdiri dari lima sila yang kelimanya merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri, kelima sila itu bersama-sama menyusun pengertian yang satu, bulat, dan utuh. Semua sila tersebut mengabdi pada tujuan bersama, yaitu tujuan nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Hubungan antara sila-sila pancasila adalah sebagai berikut
Sila I   :“Ketuhanan Yang Maha Esa” meliputi dan menjiwai sila II, III, IV, dan V. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua mahluk. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai, mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila II    :“Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab” diliputi dan dijiwai sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.

Didalam sila kedua telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakekat mahluk manusia. Sila dua ini diliputi dan dijiwai sila satu hal ini berarti bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaa-Nya.

Sila III    : “Persatuan Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, dan II, meliputi dan menjiwai sila IV dan V. Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun.

Sila IV   :“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan” diliputi dan dijiwai sila I, II, III, meliputi dan menjiwai sila V. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat”. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedural) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan untk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.

Sila V      : “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” diliputi dan dijiwai sila I, II, III, dan IV. Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidabg kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam diwilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan.

Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila

Setelah mengetahui hubungan antar sila-sila tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia. Setelah meyakini hal tersebut manusia akan bisa melaksanakan kewajibannya dan akan tercipta kemanusiaan yang sdil dal beradab. Dengan dilaksanakannya kemanusiaan yang adil dal beradab maka akan manusia akan saling menghargai dan menghormati, sehingga persatuan akan terwujud dan jadilah persatuan Indonesia. Setelah semua bersatu akan dipilih sosok pemimpin yang dapat menjalankan pemeintahan secara demokrasi. Sehingga dapat tercipta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan diman rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Setelah semua itu ada tercapailah tujuan akhir pancasila yaitu keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.